Waah.. Saat konsul jadi ketahuan de, kalo kita ngerjain pemetaan emang amburadul banget. Tadi kita mbahas sama Mas Ical, asisten kita, data-data apa aja yang didapat dari lapangan. Ternyata, dari 2 kali ke lapangan, data-data yang kita dapet di lapangan masih kacau. Nah, dari hasil ngobrol-ngobrol (agak ngalor-ngidul juga) sama Mas Ical, aku berhasil menyimpulkan beberapa kesalahan kelompokku di lapangan, dan yang seharusnya gak dilakukan saat pemetaan di lapangan. Ini dia ! :)
1. Gak ngrencanain jalur pemetaan terlebih dahulu
Sebelum ke lokasi pemetaan, seharusnya kita udah nentuin dulu di rumah (eh, di kost juga boleh deh), lokasi-lokasi mana aja yang mau kita datengin. Kita tandai lokasi-lokasi yang sekiranya potensial buat dijumpai data. Tandai juga jalur menuju kesana dengan peta RBI. Misalnya nie, kita liat ada perubahan morfologi yang tiba-tiba pada peta topografi, kita datengin tempat itu, kali aja ada sesar atau kontak batuan. Atau, kalo ada sungai, kita ke sungai, biasanya sungai memotong lapisan batuan, jadi di tebing sungai sering dijumpai singkapan-singkapan batuan yang cukup bagus.
Kalo gak direncanain dulu, jadinya di lapangan bingung mau kemana dulu. Yang ada malah muter-muter di lokasi aja.
2. Pemetaan pake sepeda motor
Lho, pemetaan kok gak boleh pake motor ? Eiitss.. tentu aja boleh, tapi disini maksudnya kita gak boleh terpaku sama sekali sama tu sepeda motor. Kalau udah terpaku, lama-lama kita males de pemetaan sambil jalan kaki. Maunya muter-muter lokasi pake motorrr, terus.. Alhasil, kita gak menyentuh daerah-daerah yang terpencil dan gak ada jalan buat dilalui motor. Padahal, biasa disitulah singkapan-singkapan yang bagus dan kontak-kontak batuan berada.
Contohnya aja kelompokku ini. Waktu Mas Ical ngeliat sekilas peta jalan kelompkku, "Lho, kok STA-inya di pinggir jalan semua ? Nie yang di bukitnya belum ada STA ?" Uups.. Ketauan de.. :p
3. Gak langsung deskripsi lokasi dan litologi di lapangan
Iyaa.. Kita semua tau lah.. Pasti kalo udah pemetaan lapangan semuanya kena DB, alias Demam Bodoh. Di lapangan, apalagi kalo udah seharian dan sedang berada di bawah panas terik, pasti bawaannya jadi malees mulu, udah pengennya pulang. Jadinya di STA cuma jeprat-jepret sana-sini, sampel sana sampel sini, trus cabuut. Sisanya dikerjakan di rumah.
Hmm.. Sebisa mungkin kita deskripsi semua yang ada lapangan secara langsung, soalnya pasti dari foto ada data yang terlewat, selain itu sampel batuan hanya menunjukkan deskripsi setangan saja, namun deskripsi kenampakan batuan secara keseluruhan tentu hanya bisa dilihat di lapangan. Langsung deskripsi di lapangan sangat penting agar deskripsi dapat sedetail mungkin, dan mencegah kalau-kalau ada data yang kita lupakan.
4. Sangat terpaku pada geologi regional
Nah, ini nih salah satu kesalahan kelompokku di lapangan yang fatal. Terpaku pada geologi regional. Waktu kita lagi bekerja di daerah endapan Gunung Sumbing Muda, yang terdiri dari tuff pasiran, pasir lempungan, breksi andesit, kita berputar-putar dengan tujuan menemukan Formasi itu. Tetapi yang kita temukan di lapangan justru batu andesit, Nah, berhubung batu andesit itu sudah sangat lapuk (namun sebenarnya masih terlihat bentuk andesitnya) dan kita terorientasi buat menemukan batuan sedimen, maka kita memutuskan bahwa batu andesit lapuk itu adalah batuan sedimen.. -__-'
Well, aku dan kelompokku diingatkan sama Mas Ical, kalo dalam pemetaan kita memetakan satuan batuan, bukan satuan formasi. Peta geologi regional dibagi dalam formasi batuan, lagipula peta itu udah lamaaaa dibuat. Kita harusnya yakin sama yang kita temuin di lapangan, dan itulah yang kita petakan di peta kita nantinya. :)
Beginilah kira-kira Geologi Regional wilayah pemetaanku |
5. Gak membawa perlengkapan lengkap
Wah wah, perlengkapan ke lapangan itu penting lhoo.. Dan jangan sampe disepelein. Satu aja ada yang kita lupakan, bisa-bisa membuat hari pemetaan yang indah jadi gak sempurna. Hhehe. Perlengkapan-perlengkapan yang wajib dibawa saat pemetaan akan di post di post selanjutnya. :)
Enjoy Mapping ! :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar